Pertumbuhan biji dimulai dengan perkecambahan biji.
Menurut Adam dan Greeulech (1967), perkecambahan adalah permulaan munculnya
pertumbuhan aktif yang menghasilkan pecahnya kulit biji dan munculnya semai.
Proses perkecambahan meliputi peristiwa imbibisi dan absorbsi air, hidrasi
jaringan, absorbsi O2, pengaktifan enzim dan pencernaan, transpor
molekul yang terhidrolisis ke sumbu embrio, peningkatan respirasi dan
asimilasi, inisiasi pembelahan dan pembesaran sel, dan munculnya embrio. Secara
umum proses perkecambahan biji setiap tumbuhan adalah sama baik pada tumbuhan
kacang-kacangan maupun padi-padian. Pada tumbuhan kacang-kacangan ini dapat
berkecambah secara normal apabila ditempatkan pada kondisi lingkungan yang
cocok yaitu air, suhu, cahaya, dan komposisi gas tertentu yang normal.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap perkecambahan biji kacang, maka
dapat diketahui bahwa biji kacang dan pada kebanyakan monokotiledone dapat
berkecambah dengan baik di tempat dengan kelembaban tinggi, bahkan dapat
berkecambah 4-5 cm dibawah permukaan air. Tetapi perkecambahan ini agak berbeda
karena yang keluar setelah kulit tersebut pecah adalah plumule dan bukan akar
(radicle). Dan hal ini maka dapat diketahiu bahwa tumbuhan kacang-kacangan
memiliki kelebihan yaitu biji tersebut dapat menggunakan energi lebih baik
untuk melakukan perkecambahan dengan cara melakukan pernafasan anaerob (Campbell
et al., 2003).
Perkecambahan biji dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal meliputi tingkat kemasakan biji, ukuran biji,
dormansi, dan adanya zat penghambat. Sedangkan faktor esternal maliputi suhu,
air, oksigen, gas normal dan cahaya.
Apabila biji belum masak, maka biji belum dapat berkecambah. Selain
itu, belum terjadinya fusi antara sperma dan sel telur karena waktu pemasakan
sperma dan sel telur yang berbeda marepakan salah satu faktor yang mempengaruhi
tingkat kemasakan biji. Ukuran biji setiap tumbuhan berbeda-beda, perbedaan
ukuran ini membuat waktu perkecambahan biji setiap tumbuhan berbeda. Biji yang
berukuran besar lebih cepat berkecambah, hal ini dikarenakan simpanan cadangan
makanan yang banyak sehingga cukup untuk tumbuh. Dormansi juga mempengaruhi
perkecambahan. Dormansi ini merupakan suatu keadaan dimana biji suatu tumbuhan
tidak berkecambah walau telah ditumbuhkan atau diletakkan pada media
pertumbuhan yang sesuai (Weier et al., 1982). Menurut Curtis and Clark (1950),
dormansi biji dapat disebabkan oleh adanya permeabilitas kulit biji terhadap
air, permeabilitas kulit biji terhadap oksugen, temperatur yang rendah, faktor
cahaya, dan embrio yang belum masak.
Faktor eksternal seperti cahaya, cahaya ini sangat penting dalam
perkecambahan biji, tanpa cahaya pertumbuhan kecambah menjadi tidak normal
kaena tumbuhan mengalami etiolasi. Etiolasi adalah tumbuhan akan mempunyai
struktur morfologi yang lemah, dengan ciri fisik seperti tidak adanya klorofil,
mengalami pemanjangan batang. Air juga sangat penting dalam perkecambahan
karena air merupakan senyawa atau zat yang dibutuhkan oleh tumbuhan dalam
melakukan metabolisme tubuhnya. Faktor yang ketiga adalah suhu. Apabila suhu
terlalu tinggi atau tidak. Faktor ektrenal lain seperti gas, adanya gas yang
dapat menghambat perkecambahan seperti etilen maka perkecambahan akan mengalami
tripel respon.