Islam dan Pemberontakan Bani Israel Kepada Allah
Fitrah dari manusia adalah makhluk sosial yang berinteraksi satu sama
lain. Dalam interaksi tersebut dapat terjadi pemaksaan kehendak
sehingga ada pihak-pihak yang dirugikan. Tindakan yang merugikan inilah
yang disebut sebagai kezaliman, dan jika hal ini berlangsung dalam waktu
yang lama, dan merugikan banyak pihak, sedemikian rupa sehingga suatu
bangsa dirugikan, maka inilah yang disebut sebagai penindasan. Dan
penindas, baik perorangan maupun satu golongan, disebut sebagai ‘Tirani’
atau dalam Al-Qur’an disebut sebagai ‘Toghut’. Al-Qur’an menerangkan
toghut sebagai pihak-pihak yang menghendaki pengabdian seperti Allah SWT
menghendaki manusia untuk mengabdi kepadaNya.
Sejarah manusia di mulai dari Nabi Adam a. s, perkembangan dari tatanan sosial di dunia di mulai dengan konfrontasi antara Habil dan Qabil, dimana yang satu menghendaki tatanan dari Allah SWT, dan yang terakhir, menghendaki tatanan yang sesuai dengan kehendak dirinya. Tatanan kehidupan manusia tidak akan adil selama menggunakan hukum manusia, karena hukum buatan manusia dibuat untuk menguntungkan pembuatnya. Hampir 99% sejarah manusia dari sejarah kuno hingga sekarang dunia diliputi oleh toghut yang memaksakan kehendaknya, inilah yang disebut sebagai ‘kegelapan’, dan ditegakkannya hukum Allah SWT di suatu periode masa di dunia disebut sebagai cahaya di tengah kegelapan. Oleh karena itu maka Allah SWT mengutus NabiNya untuk tidak hanya memberitakan hukumNya, namun juga untuk menegakkannya.
Saat ini kita tidak mempergunakan hukum Allah SWT, bahkan di seluruh dunia saat ini tidak ada hukum Allah SWT. Seluruh negara-negara di dunia saat ini diatur oleh hukum internasional di dalam lembaga Perserikatan Bangsa Bangsa, atau Dewan Keamanan PBB adalah pemegang kekuasaan tertinggi di seluruh dunia. Kita mungkin ingat apa yang dikatakan Fir’aun, “Ana Rabbukumul ‘Ala”, Akulah yang tertinggi, Akulah Al Akbar, Akulah Tuhan kalian. Jika Muslim mengartikan Allah sebagai Tuhan atau hanya Allah (ada yang memaksa seperti itu), maka mungkin Muhammad s. a. w, dan para sahabatnya tidak akan mengerti sama sekali. Allah pada masa itu berarti ‘Lord’ dalam bahasa Inggris, atau ‘Tuan’ dalam bahasa Indonesia yang equivalent dengan arti ‘penguasa’ dan bukan sembarang penguasa, namun penguasa tertinggi. La illaha illalah, tidak (pihak) yang tertinggi kecuali Allah. Al Malik bukanlah sekedar Raja namun pihak yang memiliki wewenang atas manusia.
Pada masa Fir’aun Bani Israel berada di Mesir menjadi subjek hukumnya.
Pada saat itu kita menyaksikan suatu negara yang memiliki kekuasaan, militer dan ekonomi terpusat. Dimana bangsa-bangsa lain seperti Babylonia, Hitites, dll, memiliki kekuasaan yang terbagi-bagi di setiap wilayah propinsinya yang dikuasai oleh raja-raja kecil. Namun di Mesir tidak. Dan kini kekuasaan terpusat yang dalam bahasa politik disebut ‘unipolar’ telah mengurung seluruh dunia yang dipaksakan oleh Aliansi Yahudi Kristen Barat melalui organisasi-organisasi internasional, sistem moneter internasional dan juga perusahaan-perusahaan multinasional. Sebuah Kekaisaran Ghaib yang tidak bisa dilihat mata bukan karena tidak terlihat namun karena tidak mau melihatnya. Mereka yang berada di zona nyaman, atau zona ‘American Dream’ yang bekerja sebagai pegawai pemerintah, atau diperusahaan asing dan perbankan, mengacuhkan hal ini, mereka lebih bodoh dari orang-orang bodoh. Sedangkan rakyat kebanyakan yang merasakan kesengsaraan ekonomi terlalu bodoh untuk dapat memahaminya.
Bani Israel mendapat tugas untuk menegakkan Hukum Allah di Tanah Suci, di Jerusalem. Mekah dan Jerusalem terletak di tengah-tengah dunia, sehingga jika Shariah ditegakkan di sana maka akan menjadi contoh bagi seluruh manusia di dunia. Bani Israel mendirikan Negara Islam di Jerusalem di bawah kepemimpinan Daud as, yang kemudian di bawah kepemimpinan Sulayman as, negara ini menjadi sebuah negara superpower yang dapat memaksakan kehendaknya kepada negara manapun di dunia ini. Hal ini dapat dilihat dalam pemaksaan negaranya Ratu Balqis untuk menggunakan Hukum Allah SWT (Shariah).
Pemberontakan Bani Israel yang Pertama
Ketika Nabi Sulaiman as meninggal dunia (maut), Negara Israel terpecah menjadi dua, yaitu Israel dan Yudah (Yahuud/Yahudi). Israel menginginkan hukum manusia sedangkan Yudah menginginkan Hukum Allah. Dengan hukum manusia, pemerintah dan penguasa dapat memiliki apa-apa yang tidak dimiliki oleh rakyatnya, sedangkan dengan Islam, pemerintah dan penguasa tidak memiliki apa-apa yang tidak dimiliki oleh rakyatnya.
Negara Israel terpengaruh dengan negara-negara lain yang menggunakan hukum toghut, dan bukan hanya di situ saja, mereka juga mengadopsi ritual-ritual orang-orang pagan yang berhukum toghut, seperti penyembahan yang diiringi musik, tetarian, hubungan seks bebas, dan pengorbanan manusia kepada setan. Nabi-nabi Allah SWT mereka bunuh, dan mereka terjerembab dengan harta dan kekayaan dunia. Allah SWT mengirimkan azab berupa invasi dari Babylonia, negara pejuang bar-bar yang tidak berperikemanusiaan. Negara Israel dihancurkan oleh Babylonia, yang pada waktu itu dipimpin oleh Jenderal Nebukadnezzar. Tidak ada yang selamat di Israel, Nebukadnezzar membunuh seluruh penduduk Israel dan meratakan negara mereka dengan tanah.
Pada saat itu, Nebukadnezzar juga menyerang Yudah, namun Yudah dalam perlindungan Allah SWT. Namun hal ini tidaklah lama. Selang beberapa tahun, Yudah menjadi pagan, serangan Nebukadnezzar berikutnya, yang pada saat itu telah menjadi Raja Babylonia, dapat menghancurkan Yudah. Masjidil Aqsa mereka bakar, demikian pula dengan Taurat, dan penduduk Yudah yang selamat di bawa ke Babylonia untuk dijadikan budak, atau buruh.
Pemberontakan Bani Israel yang Kedua
Di saat mereka meratapi nasib mereka di Sungai Eufrat, karena pemberontakan mereka kepada Allah SWT dan Allah SWT telah menjadikan mereka seperti sebelumnya di Mesir, menjadi terikat dalam penindasan ekonomi hukum manusia, Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Penyayang mengirimkan nabi-nabi kepada mereka. Diantaranya adalah Nabi Uzair dan Daniel. Para nabi mengirimkan pesan Allah kepada mereka bahwasanya jika mereka bertaubat dan kembali ke ‘JalanNya’ maka Allah SWT akan mengirimkan kepada mereka satu Nabi yang sangat spesial, yang bernama Isa Al Masih, yang akan menerima taubat dan memimpin mereka mendirikan Negara Islam Israel kembali, dan membuat Israel menjadi superpower seperti ketika dipimpin oleh Sulaiman as.
Babylonia dikalahkan oleh Persia, dan Raja Persia membolehkan mereka untuk kembali pulang ke Jerusalem. Namun ketika berada di Babylonia, sekelompok Bani Israel telah terpengaruh oleh paganisme Babylonia dan meyakini hukum manusia. Mereka ini adalah golongan-golongan rabbi (ulama Yahudi) dan elemen-elemen orang kaya Yahudi yang menjadi kaki tangan Nebukadnezzar selama mereka berdiam di Babylonia.
Ketika kembali ke Jerusalem, mereka memiliki pandangan lain mengenai bertaubat kepada Allah SWT dan kembali kepada penegakkan hukumNya. Dalam pandangan mereka, Mesiah yang dikirimkan akan berasal dari keluarga mereka yang kaya, berpendidikan, pandai kemiliteran, dan lain-lain, semacam Obama atau Jokowi saat ini, yang memiliki visi dan misi mendirikan negara berdasarkan negara-negara lain yang ada pada saat itu, yaitu Persia, Romawi dan Mesir. Mereka membangun Jerusalem kembali, memperbaiki Masjid Al Aqsa, dan kondisi pada saat itu telah siap untuk menerima kedatangan Al Masih yang akan mendirikan Negara Israel dan membuatnya superpower.
Oleh karena itu ketika Isa as (Yesus) turun kepada mereka sebagai Nabi yang berasal dari golongan rakyat, mereka menolaknya. Dalam pemberontakan mereka yang kedua ini mereka bahkan berkonspirasi untuk membunuhnya. Oleh karena itu bagi umat Yahudi, Al Masih belumlah turun ke bumi dan mereka hingga sampai saat ini masih menunggu kedatangannya.
Sebagai respon dari pemberontakan mereka yang kedua ini, Allah SWT telah kembali menghancurkan mereka di Jerusalem, dan mereka telah diusir dari sana, dan Allah SWT telah menyatakan bahwa mereka di larang untuk kembali ke Jerusalem. Isa as, telah menyatakan bahwa mereka masih akan mendapatkan ampunan jika mereka mengikuti Muhammad SAW, yang akan muncul di padang gurun Arabia dan mendirikan Negara Islam di sana. Dan ketika Muhammad SAW hijrah ke Medinah beliau menemukan konsentrasi Yahudi di Medinah dan bersama mereka terdapat golongan elit mereka, creame de la creame, yang terbaik dari yang terbaik, yaitu para rabbi (ulama) Yahudi. Namun ketika terjadi insiden bertanya Quraish mengenai kenabian Muhammad SAW, yang digunakan oleh Yahudi untuk mengetahui validitas kenabiannya, dengan menanyakan 3 pertanyaan yang hanya Rasul Allah yang mengetahui jawabannya. Walaupun Muhammad SAW telah menjawab ketiga pertanyaan itu dengan benar, mereka telah menolaknya (kenabiannya). Kini pintu ampunan bagi mereka telah tertutup, dan Allah SWT telah menyuruh Muhammad SAW untuk memindahkan kiblah dari Jerusalem ke Mekah, walaupun dengan kedatangannya Isa as yang kedua di ‘Damaskus’ nanti, mereka tetap tidak akan diampuni. Mereka ini adalah golongan Yahudi yang telah menolak Muhammad SAW.
Kembalinya Isa Al Masih
Semua orang percaya bahwa Nabi Isa a. s telah mati di tiang salib. Semua orang, karena semua menyaksikannya sendiri. Hingga 600 tahun kemudian Islam mengatakan bahwa Allah SWT telah mengangkat Nabi Isa a. s ke dalam sammawat. Bahwasanya beliau akan datang untuk kedua kalinya, dengan beberapa tujuan, antara lain;
Penguasaan atas Tanah Suci dan juga Hijaz (Mekah Medinah) bukanlah tanpa syarat, namun dengan syarat, bahwasanya kamu akan setia, taat, dan patuh kepada Allah SWT. Pada saat kembalinya Isa a. s, dan juga munculnya Imamul Mahdi a. s, sebelum membebaskan tanah suci, Muslim akan membebaskan Hijaz, yaitu Mekah dan Medinah yang kini dikuasai oleh Monarki Arab Saudi dan gerombolan Salafinya yang menjadi kaki tangan Zionist dalam menyandera Kabah. Ketika Mekah jatuh, maka otomatis, Jerusalem akan jatuh. Dan Islam untuk sekali lagi akan menjadi pelita di dalam kegelapan.
AL-Qur’an Menjelaskan Semua Hal – Termasuk Takdir Jerusalem
Al-Qur’an menyatakan bahwa fungsi utama Al-Qur’an adalah untuk menjelaskan semua hal:
Al Qur’an tidak hanya menjelaskan peristiwa-peristiwa yang aneh itu, namun, Al Qur’an juga menjelaskan dan membuka takdir dari Jerusalem. Al Qur’an menjelaskan realitas kebohongan dan kesesatan klaim Yahudi terhadap Kebenaran itu dan mengkonfirmasi klaim Nabi Muhammad SAW terhadap Kebenarannya (Kebenaran Islam). Takdir (kebenaran) akan menjadi saksi ketika Allah SWT akan menghukum Yahudi dengan hukuman terberat dan terbesar yang pernah disaksikan manusia di bumi.
Intisari dari pandangan Al-Qur’an terhadap takdir dari Jerusalem, dan Tanah Suci, adalah ketika perhitungan mundur di akhir jaman dilaksanakan, Yahudi akan dikumpulkan dari diaspora mereka, dimana mereka telah terpencar dan terpecah belah ke seluruh penjuru bumi, untuk kembali ke Tanah Suci sebagai sekumpulan satu masyarakat yang beragam, berbeda etnis (bhinneka tunggal ika) (Al-Qur’an, Bani Israel, 17:104). Janji Allah ini telah terpenuhi. Yahudi telah kembali ke Tanah Suci dan mengklaim Tanah Suci itu sebagai milik mereka! Kesuksesan mereka telah meyakinkan mereka terhadap legitimasi religius dari Negara Israel yang telah mereka ciptakan. Islam menjelaskan bahwa Negara Israel ini tidak memiliki legitimasi religius. Bahkan Yahudi ditipu dengan penipuan terbesar di sepanjang sejarah umat manusia, dimana panggung kini telah disiapkan untuk mereka dalam menerima hukuman Allah yang terbesar yang dapat ditimpakan kepada umat manusia. Namun sebelum hukuman terakhir bagi Yahudi dilaksanakan, banyak drama yang akan terjadi di Tanah Suci, wilayah di sekitarnya dan juga dunia.
Islam memiliki sudut pandang tersendiri terhadap proses sejarah yang menyangkut Tanah Suci. Dimana waktu akan segera habis bagi Israel. Laut Galilea akan segera kering! Isa a.s akan segera turun! Dan ketika beliau turun, dunia akan menyaksikan kehancuran Negara Israel.
Yahudi dan Muslim memiliki Kebenaran yang sama, namun mereka (Yahudi) mengkorupsinya. Mereka punya banyak waktu di Medinah (setelah Hijrah) dimana mereka dapat menerima Kebenaran yang tidak terkorupsi yaitu Al Qur’an, dan juga menerima Muhammad (saw), Nabi terakhir dari Tuhannya Ibrahim (as), namun mereka menolak melakukannya. Waktu telah habis bagi mereka ketika Allah SWT mengganti Kiblat (Al-Qur’an, Al-Baqarah, 2:141-145). Sehingga kini telah terlambat bagi mereka untuk menghindari takdir yang menanti dihadapan mereka. Masih banyak peristiwa yang akan terjadi, dan takdir dari Jerusalem dan nasib yang menanti Negara Israel akan memvalidasi klaim Islam sebagai Kebenaran yang benar dan tak terkorupsi.
Rasulullah SAW shalat menghadap ke Jerusalem selama 17 bulan lamanya dalam rangka untuk memberitahukan kepada Yahudi bahwa Tuhan yang sama yang mengirim Musa (as) juga mengirimnya, dan juga Tuhan yang telah memberikan Taurat juga memberikan Al Qur’an. Yahudi hanya memiliki satu pintu dimana mereka dapat memperoleh ampunan dari Tuhannya Ibrahim. Dan Muhammad (saw) adalah pintu ampunan itu (Al-Qur’an, Al-‘Araf, 7:157). Namun mereka dengan keras hati menolaknya dan sekarang sudah terlambat. (*)
Sejarah manusia di mulai dari Nabi Adam a. s, perkembangan dari tatanan sosial di dunia di mulai dengan konfrontasi antara Habil dan Qabil, dimana yang satu menghendaki tatanan dari Allah SWT, dan yang terakhir, menghendaki tatanan yang sesuai dengan kehendak dirinya. Tatanan kehidupan manusia tidak akan adil selama menggunakan hukum manusia, karena hukum buatan manusia dibuat untuk menguntungkan pembuatnya. Hampir 99% sejarah manusia dari sejarah kuno hingga sekarang dunia diliputi oleh toghut yang memaksakan kehendaknya, inilah yang disebut sebagai ‘kegelapan’, dan ditegakkannya hukum Allah SWT di suatu periode masa di dunia disebut sebagai cahaya di tengah kegelapan. Oleh karena itu maka Allah SWT mengutus NabiNya untuk tidak hanya memberitakan hukumNya, namun juga untuk menegakkannya.
Saat ini kita tidak mempergunakan hukum Allah SWT, bahkan di seluruh dunia saat ini tidak ada hukum Allah SWT. Seluruh negara-negara di dunia saat ini diatur oleh hukum internasional di dalam lembaga Perserikatan Bangsa Bangsa, atau Dewan Keamanan PBB adalah pemegang kekuasaan tertinggi di seluruh dunia. Kita mungkin ingat apa yang dikatakan Fir’aun, “Ana Rabbukumul ‘Ala”, Akulah yang tertinggi, Akulah Al Akbar, Akulah Tuhan kalian. Jika Muslim mengartikan Allah sebagai Tuhan atau hanya Allah (ada yang memaksa seperti itu), maka mungkin Muhammad s. a. w, dan para sahabatnya tidak akan mengerti sama sekali. Allah pada masa itu berarti ‘Lord’ dalam bahasa Inggris, atau ‘Tuan’ dalam bahasa Indonesia yang equivalent dengan arti ‘penguasa’ dan bukan sembarang penguasa, namun penguasa tertinggi. La illaha illalah, tidak (pihak) yang tertinggi kecuali Allah. Al Malik bukanlah sekedar Raja namun pihak yang memiliki wewenang atas manusia.
Pada masa Fir’aun Bani Israel berada di Mesir menjadi subjek hukumnya.
Pada saat itu kita menyaksikan suatu negara yang memiliki kekuasaan, militer dan ekonomi terpusat. Dimana bangsa-bangsa lain seperti Babylonia, Hitites, dll, memiliki kekuasaan yang terbagi-bagi di setiap wilayah propinsinya yang dikuasai oleh raja-raja kecil. Namun di Mesir tidak. Dan kini kekuasaan terpusat yang dalam bahasa politik disebut ‘unipolar’ telah mengurung seluruh dunia yang dipaksakan oleh Aliansi Yahudi Kristen Barat melalui organisasi-organisasi internasional, sistem moneter internasional dan juga perusahaan-perusahaan multinasional. Sebuah Kekaisaran Ghaib yang tidak bisa dilihat mata bukan karena tidak terlihat namun karena tidak mau melihatnya. Mereka yang berada di zona nyaman, atau zona ‘American Dream’ yang bekerja sebagai pegawai pemerintah, atau diperusahaan asing dan perbankan, mengacuhkan hal ini, mereka lebih bodoh dari orang-orang bodoh. Sedangkan rakyat kebanyakan yang merasakan kesengsaraan ekonomi terlalu bodoh untuk dapat memahaminya.
Bani Israel mendapat tugas untuk menegakkan Hukum Allah di Tanah Suci, di Jerusalem. Mekah dan Jerusalem terletak di tengah-tengah dunia, sehingga jika Shariah ditegakkan di sana maka akan menjadi contoh bagi seluruh manusia di dunia. Bani Israel mendirikan Negara Islam di Jerusalem di bawah kepemimpinan Daud as, yang kemudian di bawah kepemimpinan Sulayman as, negara ini menjadi sebuah negara superpower yang dapat memaksakan kehendaknya kepada negara manapun di dunia ini. Hal ini dapat dilihat dalam pemaksaan negaranya Ratu Balqis untuk menggunakan Hukum Allah SWT (Shariah).
Pemberontakan Bani Israel yang Pertama
Ketika Nabi Sulaiman as meninggal dunia (maut), Negara Israel terpecah menjadi dua, yaitu Israel dan Yudah (Yahuud/Yahudi). Israel menginginkan hukum manusia sedangkan Yudah menginginkan Hukum Allah. Dengan hukum manusia, pemerintah dan penguasa dapat memiliki apa-apa yang tidak dimiliki oleh rakyatnya, sedangkan dengan Islam, pemerintah dan penguasa tidak memiliki apa-apa yang tidak dimiliki oleh rakyatnya.
Negara Israel terpengaruh dengan negara-negara lain yang menggunakan hukum toghut, dan bukan hanya di situ saja, mereka juga mengadopsi ritual-ritual orang-orang pagan yang berhukum toghut, seperti penyembahan yang diiringi musik, tetarian, hubungan seks bebas, dan pengorbanan manusia kepada setan. Nabi-nabi Allah SWT mereka bunuh, dan mereka terjerembab dengan harta dan kekayaan dunia. Allah SWT mengirimkan azab berupa invasi dari Babylonia, negara pejuang bar-bar yang tidak berperikemanusiaan. Negara Israel dihancurkan oleh Babylonia, yang pada waktu itu dipimpin oleh Jenderal Nebukadnezzar. Tidak ada yang selamat di Israel, Nebukadnezzar membunuh seluruh penduduk Israel dan meratakan negara mereka dengan tanah.
Pada saat itu, Nebukadnezzar juga menyerang Yudah, namun Yudah dalam perlindungan Allah SWT. Namun hal ini tidaklah lama. Selang beberapa tahun, Yudah menjadi pagan, serangan Nebukadnezzar berikutnya, yang pada saat itu telah menjadi Raja Babylonia, dapat menghancurkan Yudah. Masjidil Aqsa mereka bakar, demikian pula dengan Taurat, dan penduduk Yudah yang selamat di bawa ke Babylonia untuk dijadikan budak, atau buruh.
Pemberontakan Bani Israel yang Kedua
Di saat mereka meratapi nasib mereka di Sungai Eufrat, karena pemberontakan mereka kepada Allah SWT dan Allah SWT telah menjadikan mereka seperti sebelumnya di Mesir, menjadi terikat dalam penindasan ekonomi hukum manusia, Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Penyayang mengirimkan nabi-nabi kepada mereka. Diantaranya adalah Nabi Uzair dan Daniel. Para nabi mengirimkan pesan Allah kepada mereka bahwasanya jika mereka bertaubat dan kembali ke ‘JalanNya’ maka Allah SWT akan mengirimkan kepada mereka satu Nabi yang sangat spesial, yang bernama Isa Al Masih, yang akan menerima taubat dan memimpin mereka mendirikan Negara Islam Israel kembali, dan membuat Israel menjadi superpower seperti ketika dipimpin oleh Sulaiman as.
Babylonia dikalahkan oleh Persia, dan Raja Persia membolehkan mereka untuk kembali pulang ke Jerusalem. Namun ketika berada di Babylonia, sekelompok Bani Israel telah terpengaruh oleh paganisme Babylonia dan meyakini hukum manusia. Mereka ini adalah golongan-golongan rabbi (ulama Yahudi) dan elemen-elemen orang kaya Yahudi yang menjadi kaki tangan Nebukadnezzar selama mereka berdiam di Babylonia.
Ketika kembali ke Jerusalem, mereka memiliki pandangan lain mengenai bertaubat kepada Allah SWT dan kembali kepada penegakkan hukumNya. Dalam pandangan mereka, Mesiah yang dikirimkan akan berasal dari keluarga mereka yang kaya, berpendidikan, pandai kemiliteran, dan lain-lain, semacam Obama atau Jokowi saat ini, yang memiliki visi dan misi mendirikan negara berdasarkan negara-negara lain yang ada pada saat itu, yaitu Persia, Romawi dan Mesir. Mereka membangun Jerusalem kembali, memperbaiki Masjid Al Aqsa, dan kondisi pada saat itu telah siap untuk menerima kedatangan Al Masih yang akan mendirikan Negara Israel dan membuatnya superpower.
Oleh karena itu ketika Isa as (Yesus) turun kepada mereka sebagai Nabi yang berasal dari golongan rakyat, mereka menolaknya. Dalam pemberontakan mereka yang kedua ini mereka bahkan berkonspirasi untuk membunuhnya. Oleh karena itu bagi umat Yahudi, Al Masih belumlah turun ke bumi dan mereka hingga sampai saat ini masih menunggu kedatangannya.
Sebagai respon dari pemberontakan mereka yang kedua ini, Allah SWT telah kembali menghancurkan mereka di Jerusalem, dan mereka telah diusir dari sana, dan Allah SWT telah menyatakan bahwa mereka di larang untuk kembali ke Jerusalem. Isa as, telah menyatakan bahwa mereka masih akan mendapatkan ampunan jika mereka mengikuti Muhammad SAW, yang akan muncul di padang gurun Arabia dan mendirikan Negara Islam di sana. Dan ketika Muhammad SAW hijrah ke Medinah beliau menemukan konsentrasi Yahudi di Medinah dan bersama mereka terdapat golongan elit mereka, creame de la creame, yang terbaik dari yang terbaik, yaitu para rabbi (ulama) Yahudi. Namun ketika terjadi insiden bertanya Quraish mengenai kenabian Muhammad SAW, yang digunakan oleh Yahudi untuk mengetahui validitas kenabiannya, dengan menanyakan 3 pertanyaan yang hanya Rasul Allah yang mengetahui jawabannya. Walaupun Muhammad SAW telah menjawab ketiga pertanyaan itu dengan benar, mereka telah menolaknya (kenabiannya). Kini pintu ampunan bagi mereka telah tertutup, dan Allah SWT telah menyuruh Muhammad SAW untuk memindahkan kiblah dari Jerusalem ke Mekah, walaupun dengan kedatangannya Isa as yang kedua di ‘Damaskus’ nanti, mereka tetap tidak akan diampuni. Mereka ini adalah golongan Yahudi yang telah menolak Muhammad SAW.
Kembalinya Isa Al Masih
Semua orang percaya bahwa Nabi Isa a. s telah mati di tiang salib. Semua orang, karena semua menyaksikannya sendiri. Hingga 600 tahun kemudian Islam mengatakan bahwa Allah SWT telah mengangkat Nabi Isa a. s ke dalam sammawat. Bahwasanya beliau akan datang untuk kedua kalinya, dengan beberapa tujuan, antara lain;
- Membuat perhitungan dengan Yahudi yang telah berkonspirasi untuk membunuhnya.
- Meluruskan agama Nasrani dan membuatnya menjadi Islam.
- Membuktikan kepada penganut Yahudi dan ideologi lain, serta kepada Muslim yang telah merubah Islam, bahwa Islam adalah kebenaran, cara hidup yang benar, fitrah dengan alam yang telah diciptakan Allah SWT.
- Menyelamatkan Muslim dan bersama Imamul Mahdi mendirikan Negara Islam (Khilafah) di Jerusalem.
Penguasaan atas Tanah Suci dan juga Hijaz (Mekah Medinah) bukanlah tanpa syarat, namun dengan syarat, bahwasanya kamu akan setia, taat, dan patuh kepada Allah SWT. Pada saat kembalinya Isa a. s, dan juga munculnya Imamul Mahdi a. s, sebelum membebaskan tanah suci, Muslim akan membebaskan Hijaz, yaitu Mekah dan Medinah yang kini dikuasai oleh Monarki Arab Saudi dan gerombolan Salafinya yang menjadi kaki tangan Zionist dalam menyandera Kabah. Ketika Mekah jatuh, maka otomatis, Jerusalem akan jatuh. Dan Islam untuk sekali lagi akan menjadi pelita di dalam kegelapan.
AL-Qur’an Menjelaskan Semua Hal – Termasuk Takdir Jerusalem
Al-Qur’an menyatakan bahwa fungsi utama Al-Qur’an adalah untuk menjelaskan semua hal:
“… Dan Kami telah menurunkan kepadamu (wahai Muhammad) Kitab (yakni Al-Qur’an) yang menjelaskan semua hal, Panduan, Belas Kasih, dan Kabar Gembira bagi semua Muslim.”Karena Al-Qur’an telah mendeklarasikan pernyataan diatas maka implikasinya adalah Al-Qur’an dapat menjelaskan semua peristiwa yang aneh, yang berkelambu misteri, dan yang paling tidak masuk akal yang terjadi di seluruh masa sejarah umat manusia, dan juga peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di masa depan, dimana saat ini kita dapat menyaksikan:
(Al-Qur’an, Al-Nahl, 16:89)
- Keberhasilan peradaban Eropa yang pada dasarnya tidak ber-Tuhan (sekuler) dalam rangka ‘membebaskan’ Tanah Suci di Tahun 1917-18, yang tercapai setelah upaya berkelanjutan dari Nasrani Eropa yang di mulai 1000 tahun yang lalu dengan Perang Salib.[ Mengapa Eropa yang sekuler dan pada dasarnya tidak ber-Tuhan memilih untuk melanjutkan obsesi berumur 1000 tahun Nasrani Eropa dalam membebaskan Tanah Suci? Dan mengapa hanya orang Kristen Eropa, setelah memeluk agama Nasrani lebih dari 1000 tahun yang lalu, menjadi satu-satunya umat Kristen di seluruh penjuru jagat yang terobsesi membebaskan Tanah Suci?]
- Kesuksesan Yahudi Eropa mendirikan kembali Negara Israel Kuno setelah sebelumnya telah dihancurkan oleh Allah SWT lebih dari 2000 tahun yang lalu – kesuksesan ini hanya dapat terjadi karena bantuan dan dukungan oleh peradaban yang sama yakni peradaban sekuler Eropa yang pada dasarnya tidak ber-Tuhan itu. [ Mengapa Eropa yang sekuler itu, terobsesi dalam membantu Yahudi Eropa didalam mendirikan kembali Negara Israel Kuno sebuah negara religius yang didirikan 2000 tahun yang lalu oleh Nabi Daud dan Nabi Sulaiman? Dan mengapa hanya Yahudi Eropa yang menjadi satu-satunya umat Yahudi yang memiliki keinginan untuk mendirikan kembali Negara Israel?]
- Kembalinya Yahudi Banu Israel (seluruh umat Yahudi-Yahudi non Eropa) ke Tanah Suci setelah mereka dikeluarkan dari Tanah Suci oleh Allah SWT dan hidup tersebar di seluruh penjuru bumi (diaspora), Yahudi Eropa membawa kembali Yahudi Banu Israel ke Tanah Suci, namun mereka sendiri (Yahudi Eropa) sebenarnya tidak ‘kembali’ ke Tanah Suci karena mereka bukan berasal dari Tanah Suci – mereka pindah ke Tanah Suci dari Eropa (tidak kembali ke Tanah Suci seperti Yahudi Banu Israel yang memang berasal dari Tanah Suci). [Mengapa orang-orang Eropa yang merubah agama mereka ke agama Yahudi menjadi terobsesi dengan misi pembebasan Tanah Suci dan mereka dengan tipu daya, mengajak Yahudi Banu Israel?]
Al Qur’an tidak hanya menjelaskan peristiwa-peristiwa yang aneh itu, namun, Al Qur’an juga menjelaskan dan membuka takdir dari Jerusalem. Al Qur’an menjelaskan realitas kebohongan dan kesesatan klaim Yahudi terhadap Kebenaran itu dan mengkonfirmasi klaim Nabi Muhammad SAW terhadap Kebenarannya (Kebenaran Islam). Takdir (kebenaran) akan menjadi saksi ketika Allah SWT akan menghukum Yahudi dengan hukuman terberat dan terbesar yang pernah disaksikan manusia di bumi.
Intisari dari pandangan Al-Qur’an terhadap takdir dari Jerusalem, dan Tanah Suci, adalah ketika perhitungan mundur di akhir jaman dilaksanakan, Yahudi akan dikumpulkan dari diaspora mereka, dimana mereka telah terpencar dan terpecah belah ke seluruh penjuru bumi, untuk kembali ke Tanah Suci sebagai sekumpulan satu masyarakat yang beragam, berbeda etnis (bhinneka tunggal ika) (Al-Qur’an, Bani Israel, 17:104). Janji Allah ini telah terpenuhi. Yahudi telah kembali ke Tanah Suci dan mengklaim Tanah Suci itu sebagai milik mereka! Kesuksesan mereka telah meyakinkan mereka terhadap legitimasi religius dari Negara Israel yang telah mereka ciptakan. Islam menjelaskan bahwa Negara Israel ini tidak memiliki legitimasi religius. Bahkan Yahudi ditipu dengan penipuan terbesar di sepanjang sejarah umat manusia, dimana panggung kini telah disiapkan untuk mereka dalam menerima hukuman Allah yang terbesar yang dapat ditimpakan kepada umat manusia. Namun sebelum hukuman terakhir bagi Yahudi dilaksanakan, banyak drama yang akan terjadi di Tanah Suci, wilayah di sekitarnya dan juga dunia.
Islam memiliki sudut pandang tersendiri terhadap proses sejarah yang menyangkut Tanah Suci. Dimana waktu akan segera habis bagi Israel. Laut Galilea akan segera kering! Isa a.s akan segera turun! Dan ketika beliau turun, dunia akan menyaksikan kehancuran Negara Israel.
Yahudi dan Muslim memiliki Kebenaran yang sama, namun mereka (Yahudi) mengkorupsinya. Mereka punya banyak waktu di Medinah (setelah Hijrah) dimana mereka dapat menerima Kebenaran yang tidak terkorupsi yaitu Al Qur’an, dan juga menerima Muhammad (saw), Nabi terakhir dari Tuhannya Ibrahim (as), namun mereka menolak melakukannya. Waktu telah habis bagi mereka ketika Allah SWT mengganti Kiblat (Al-Qur’an, Al-Baqarah, 2:141-145). Sehingga kini telah terlambat bagi mereka untuk menghindari takdir yang menanti dihadapan mereka. Masih banyak peristiwa yang akan terjadi, dan takdir dari Jerusalem dan nasib yang menanti Negara Israel akan memvalidasi klaim Islam sebagai Kebenaran yang benar dan tak terkorupsi.
Rasulullah SAW shalat menghadap ke Jerusalem selama 17 bulan lamanya dalam rangka untuk memberitahukan kepada Yahudi bahwa Tuhan yang sama yang mengirim Musa (as) juga mengirimnya, dan juga Tuhan yang telah memberikan Taurat juga memberikan Al Qur’an. Yahudi hanya memiliki satu pintu dimana mereka dapat memperoleh ampunan dari Tuhannya Ibrahim. Dan Muhammad (saw) adalah pintu ampunan itu (Al-Qur’an, Al-‘Araf, 7:157). Namun mereka dengan keras hati menolaknya dan sekarang sudah terlambat. (*)
Oleh Sheikh Maulana Imran Nazar HoseinAlih bahasa oleh Angkoso Nugroho