A.
Hormon
etilen
Etilen adalah salah
satu hormon tumbuhan yang berbentuk gas dan berperan dalam berbagai proses
fisiologis tumbuhan. Hormon ini diketahui berperan dalam memicu perkecambahan,
pertumbuhan, pembungaan, kerontokan
daun, pematangan dan kelayuan (senesence) buah. Buah pada saat muda
mengemisikan gas ini dalam jumlah kecil secara konstan. Emisi gas meningkat
pada saat buah mengalami kematangan. Pada kondisi ini aktivitas fisiologis
berlangsung dengan cepat. Keberadaan gas ini di atmosfer mampu memicu kemasakan
buah. Emisi gas etilen dipengruhi oleh kecepatan aktivitas fisiologis buah dan
beberapa stres yang dikenakan pada buah,
seperti stres mekanis, thermal, kimiawi serta adanya pelukaan (Suparno,1998).
Etilen pertama kali
diindentifikasi pada tahun 1934 sebagai gas yang dikeluarkan oleh buah yang
matang dan menyebabkan pematngan buah
lain di sekitarnya. Sejak ditemukannya teknik kromatogrsfi gas yang dapat
mendeteksi etilen yang dihasilkan oleh buah dengan cermat, penelitian tentang
etilen berkembang luas . Dengan kromatografi gas, secara konsisten ditemukan
bahwa etilen (C2H4) dihasilkan pada atau sebelum
datangnya peningkatan ke puncak proses
pematangan. Fakta ini memberi petunjuk adanya hubungan sebab-akibat antara
etilen dan kemasakan buah. Hal ini menjadikan etilen sebagai subyek yang
menarik dalam penelitian pasca panen (Pantastico,1989)
Etilen memiliki
sifat-sifat mudah larut dalam lemak, sangat mobil dan bersifat autokatalitik.
Biosintesis etilen dapat berlangsung melalui empat jalur berbeda; jalur
linoleat, etanol, β-alanin dan jalur metionin. Namun diantara keempat jalur
ini, jalur metionin-lah yang dianggap
paling tepat dalam hubungan antara etilen dengan prosen pematangan buah
(Pantastico,1989). Pemberian etilen
berpengaruh nyata terhadap waktu yang diperlukan untuk mencapai puncak
klimaterik (Biale, 1954; Mapson dan Robinson, 1966; Pantastico dan Mendoza,
1970; dan Vines, 1965 dalam Pantastico, 1989). Berdasarkan respon yang
diberikan buah terhadap pemberian etilen, buah-buahan dapat dibedakan menjadi
dua golongan yaitu klimaterik dan nonklimaterik. Biale (1954) dalam Pantastico
(1989) menyatakan bahwa buah nonklimaterik akan bereaksi terhadap pemberian C2H4
pada tingkat manapun pada
kehidupan prapanen dn pasca panen, sedangkan buah klimaterik hanya akan
mengadakan reaksi respiratik bila diberikan C2H4 dalam
tingkat pra klimaterik, dan tidak lagi peka terhadap C2H4
setelah permulaan kenaikan klimaterik dilampaui.
Produksi etilen
dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan ekternal. Faktor internal yang
mempengaruhi produksi etilen antara lain: jenis jaringan, spesies, dan tahap
perkembangan tumbuhan, hormon auksin dan hormon sitokinin. Produksi etilen
terjadi pada tahap perkembangan tertentu seperti perkecambahan, pemasakan buah
, pemekaran bunga, dan proses kelayuan daun dan bunga(Ting,1982). Kondisi
ekternal yang mempengaruhi produksi etilen antara lain: stress dari lingkungan,
adanya luka, jumlah oksigen yang sangat rendah, dan serangan patogen
(mikroorganisme). Stres yang berasal dari lingkungan dapat berupa banjir
(kondisi tergenang), kekeringan, dan proses pendinginan (Wilkins, 1989).
Selain bermanfaat
dalam berbagai proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman, etilen juga dapat
merugikan karena dapat mempercepat pemasakan buah dan sayur sehingga
kualitasnya menurun dan tidak dapat bertahan lama. Buah penghasil utama etilen
adalah apel dan pisang (Yang and Hoffman, 1984).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar