Sabtu, 14 April 2012

Gas Etilen Fitohormon

A.    Hormon etilen
Etilen adalah salah satu hormon tumbuhan yang berbentuk gas dan berperan dalam berbagai proses fisiologis tumbuhan. Hormon ini diketahui berperan dalam memicu perkecambahan, pertumbuhan, pembungaan, kerontokan  daun, pematangan  dan kelayuan (senesence) buah. Buah pada saat muda mengemisikan gas ini dalam jumlah kecil secara konstan. Emisi gas meningkat pada saat buah mengalami kematangan. Pada kondisi ini aktivitas fisiologis berlangsung dengan cepat. Keberadaan gas ini di atmosfer mampu memicu kemasakan buah. Emisi gas etilen dipengruhi oleh kecepatan aktivitas fisiologis buah dan beberapa  stres yang dikenakan pada buah, seperti stres mekanis, thermal, kimiawi serta adanya pelukaan (Suparno,1998).
Etilen pertama kali diindentifikasi pada tahun 1934 sebagai gas yang dikeluarkan oleh buah yang matang  dan menyebabkan pematngan buah lain di sekitarnya. Sejak ditemukannya teknik kromatogrsfi gas yang dapat mendeteksi etilen yang dihasilkan oleh buah dengan cermat, penelitian tentang etilen berkembang luas . Dengan kromatografi gas, secara konsisten ditemukan bahwa etilen (C2H4) dihasilkan pada atau sebelum datangnya  peningkatan ke puncak proses pematangan. Fakta ini memberi petunjuk adanya hubungan sebab-akibat antara etilen dan kemasakan buah. Hal ini menjadikan etilen sebagai subyek yang menarik dalam penelitian pasca panen (Pantastico,1989)
Etilen memiliki sifat-sifat mudah larut dalam lemak, sangat mobil dan bersifat autokatalitik. Biosintesis etilen dapat berlangsung melalui empat jalur berbeda; jalur linoleat, etanol, β-alanin dan jalur metionin. Namun diantara keempat jalur ini, jalur metionin-lah yang dianggap  paling tepat dalam hubungan antara etilen dengan prosen pematangan buah (Pantastico,1989).  Pemberian etilen berpengaruh nyata terhadap waktu yang diperlukan untuk mencapai puncak klimaterik (Biale, 1954; Mapson dan Robinson, 1966; Pantastico dan Mendoza, 1970; dan Vines, 1965 dalam Pantastico, 1989). Berdasarkan respon yang diberikan buah terhadap pemberian etilen, buah-buahan dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu klimaterik dan nonklimaterik. Biale (1954) dalam Pantastico (1989) menyatakan bahwa buah nonklimaterik akan bereaksi terhadap pemberian C2H4 pada tingkat  manapun pada kehidupan prapanen dn pasca panen, sedangkan buah klimaterik hanya akan mengadakan reaksi respiratik bila diberikan C2H4 dalam tingkat pra klimaterik, dan tidak lagi peka terhadap C2H4 setelah permulaan kenaikan klimaterik dilampaui.
Produksi etilen dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan ekternal. Faktor internal yang mempengaruhi produksi etilen antara lain: jenis jaringan, spesies, dan tahap perkembangan tumbuhan, hormon auksin dan hormon sitokinin. Produksi etilen terjadi pada tahap perkembangan tertentu seperti perkecambahan, pemasakan buah , pemekaran bunga, dan proses kelayuan daun dan bunga(Ting,1982). Kondisi ekternal yang mempengaruhi produksi etilen antara lain: stress dari lingkungan, adanya luka, jumlah oksigen yang sangat rendah, dan serangan patogen (mikroorganisme). Stres yang berasal dari lingkungan dapat berupa banjir (kondisi tergenang), kekeringan, dan proses pendinginan (Wilkins, 1989).
Selain bermanfaat dalam berbagai proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman, etilen juga dapat merugikan karena dapat mempercepat pemasakan buah dan sayur sehingga kualitasnya menurun dan tidak dapat bertahan lama. Buah penghasil utama etilen adalah apel dan pisang (Yang and Hoffman, 1984).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar