DORMANSI DAN PERKECAMBAHAN
BIJI
III.1
PENDAHULUAN
Pokok Bahasan Dormansi dan
Perkecambahan Biji terdiri dari dua
Subpokok Bahasan yaitu 1) Dormansi Biji dan 2) Perkecambahan Biji.
III.2 PENYAJIAN
III.2.1 Subpokok Bahasan I:
Dormansi Biji
III.2.1.1 Klasifikasi Dormansi
Biji
Dormansi
benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda perkecambahannya, hingga
waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk melangsungkan proses tersebut.
Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun pada embryo. Biji
yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan
tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai proses
perkecambahannya. Pretreatment
skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan
stratifikasi digunakan untuk mengatasi dormansi embryo.
Dormansi
diklasifikasikan menjadi bermacam-macam kategori berdasarkan faktor penyebab,
mekanisme dan bentuknya.
a. Berdasarkan faktor penyebab dormansi
§ Imposed
dormancy (quiscence): terhalangnya pertumbuhan aktif karena keadaan
lingkungan yang tidak menguntungkan
§ Imnate
dormancy (rest): dormancy yang disebabkan oleh keadaan atau kondisi di
dalam organ-organ biji itu sendiri
b. Berdasarkan mekanisme dormansi di dalam biji
Mekanisme fisik
Merupakan
dormansi yang mekanisme penghambatannya disebabkan oleh organ biji itu sendiri;
terbagi menjadi:
-
mekanis : embrio tidak
berkembang karena dibatasi secara fisik
-
fisik: penyerapan air
terganggu karena kulit biji yang impermeabel
-
kimia: bagian biji/buah
mengandung zat kimia penghambat
Mekanisme fisiologis
Merupakan
dormansi yang disebabkan oleh terjadinya hambatan dalam proses fisiologis;
terbagi menjadi:
-
photodormancy: proses
fisiologis dalam biji terhambat oleh keberadaan cahaya
-
immature embryo: proses
fisiologis dalam biji terhambat oleh kondisi embrio yang tidak/belum matang
-
thermodormancy: proses
fisiologis dalam biji terhambat oleh suhu
c. Berdasarkan bentuk dormansi
Kulit biji impermeabel terhadap air/O2
- Bagian biji yang impermeabel: membran biji, kulit biji, nucellus, pericarp, endocarp
- Impermeabilitas dapat disebabkan oleh deposisi bermacam-macam substansi (misalnya cutin, suberin, lignin) pada membran.
- Kulit biji yang keras dapat disebabkan oleh pengaruh genetik maupun lingkungan. Pematahan dormansi kulit biji ini dapat dilakukan dengan skarifikasi mekanik.
- Bagian biji yang mengatur masuknya air ke dalam biji: mikrofil, kulit biji, raphe/hilum, strophiole; adapun mekanisme higroskopiknya diatur oleh hilum.
- Keluar masuknya O2 pada biji disebabkan oleh mekanisme dalam kulit biji. Dormansi karena hambatan keluar masuknya O2 melalui kulit biji ini dapat dipatahkan dengan perlakuan temperatur tinggi dan pemberian larutan kuat.
Embrio belum masak (immature embryo)
- Ketika terjadi abscission (gugurnya buah dari tangkainya), embrio masih belum menyelesaikan tahap perkembangannya. Misal: Gnetum gnemon (melinjo)
- Embrio belum terdiferensiasi
- Embrio secara morfologis sudah berkembang, namun masih butuh waktu untuk mencapai bentuk dan ukuran yang sempurna.
Dormansi
karena immature embryo ini dapat dipatahkan dengan perlakuan temperatur
rendah dan zat kimia.
Biji
membutuhkan pemasakan pascapanen (afterripening) dalam penyimpanan kering
Dormansi
karena kebutuhan akan afterripening ini dapat dipatahkan dengan
perlakuan temperatur tinggi dan pengupasan kulit.
Biji membutuhkan suhu rendah
Biasa
terjadi pada spesies daerah temperate, seperti apel dan Familia Rosaceae.
Dormansi ini secara alami terjadi dengan cara: biji dorman selama musim gugur,
melampaui satu musim dingin, dan baru berkecambah pada musim semi berikutnya.
Dormansi karena kebutuhan biji akan suhu rendah ini dapat dipatahkan dengan
perlakuan pemberian suhu rendah, dengan pemberian aerasi dan imbibisi.
Ciri-ciri
biji yang mempunyai dormansi ini adalah:
-
jika kulit dikupas,
embrio tumbuh
-
embrio mengalami
dormansi yang hanya dapat dipatahkan dengan suhu rendah
-
embrio tidak dorman
pada suhu rendah, namun proses perkecambahan biji masih membutuhkan suhu yang
lebih rendah lagi
-
perkecambahan terjadi
tanpa pemberian suhu rendah, namun semai tumbuh kerdil
-
akar keluar pada musim
semi, namun epicotyl baru keluar pada musim semi berikutnya (setelah melampaui
satu musim dingin)
Biji bersifat light sensitive
Cahaya
mempengaruhi perkecambahan dengan tiga cara, yaitu dengan intensitas
(kuantitas) cahaya, kualitas cahaya (panjang gelombang) dan fotoperiodisitas
(panjang hari).
Kuantitas cahaya
Cahaya
dengan intensitas tinggi dapat meningkatkan perkecambahan pada biji-biji yang positively
photoblastic (perkecambahannya dipercepat oleh cahaya); jika penyinaran
intensitas tinggi ini diberikan dalam durasi waktu yang pendek. Hal ini tidak
berlaku pada biji yang bersifat negatively photoblastic (perkecambahannya
dihambat oleh cahaya).
Biji
positively photoblastic yang disimpan dalam kondisi imbibisi dalam gelap
untuk jangka waktu lama akan berubah menjadi tidak responsif terhadap cahaya,
dan hal ini disebut skotodormant. Sebaliknya, biji yang bersifat negatively
photoblastic menjadi photodormant jika dikenai cahaya. Kedua dormansi ini
dapat dipatahkan dengan temperatur rendah.
Kualitas cahaya
Yang
menyebabkan terjadinya perkecambahan adalah daerah merah dari spektrum (red;
650 nm), sedangkan sinar infra merah (far red; 730 nm) menghambat
perkecambahan. Efek dari kedua daerah di spektrum ini adalah mutually
antagonistic (sama sekali bertentangan): jika diberikan bergantian, maka
efek yang terjadi kemudian dipengaruhi oleh spektrum yang terakhir kali
diberikan. Dalam hal ini, biji mempunyai 2 pigmen yang photoreversible
(dapat berada dalam 2 kondisi alternatif):
§ P650
: mengabsorbir di daerah merah
§ P730
: mengabsorbir di daerah infra merah
Jika
biji dikenai sinar merah (red; 650 nm), maka pigmen P650 diubah menjadi P730.
P730 inilah yang menghasilkan sederetan aksi-aksi yang menyebabkan terjadinya
perkecambahan. Sebaliknya jika P730 dikenai sinar infra merah (far-red; 730
nm), maka pigmen berubah kembali menjadi P650 dan terhambatlah proses
perkecambahan.
Photoperiodisitas
Respon
dari biji photoblastic dipengaruhi oleh temperatur:
-
Pemberian temperatur
10-200C : biji berkecambah dalam gelap
-
Pemberian temperatur
20-300C : biji menghendaki cahaya untuk berkecambah
-
Pemberian temperatur
>350C : perkecambahan biji dihambat dalam gelap atau terang
Kebutuhan
akan cahaya untuk perkecambahan dapat diganti oleh temperatur yang diubah-ubah.
Kebutuhan akan cahaya untuk pematahan dormansi juga dapat digantikan oleh zat
kimia seperti KNO3, thiourea dan asam giberelin.
Dormansi karena zat penghambat
Perkecambahan biji adalah kulminasi
dari serangkaian kompleks proses-proses metabolik, yang masing-masing harus
berlangsung tanpa gangguan. Tiap substansi yang menghambat salah satu proses
akan berakibat pada terhambatnya seluruh rangkaian proses perkecambahan.
Beberapa zat penghambat dalam biji yang telah berhasil diisolir adalah soumarin
dan lacton tidak jenuh; namun lokasi penghambatannya sukar ditentukan karena
daerah kerjanya berbeda dengan tempat di mana zat tersebut diisolir. Zat
penghambat dapat berada dalam embrio, endosperm, kulit biji maupun daging buah.
III.2.1.2 Teknik Pematahan
Dormansi Biji
Biji
yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan
tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai proses
perkecambahannya. Pretreatment
skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan
stratifikasi digunakan untuk mengatasi dormansi embryo.
Skarifikasi
merupakan salah satu upaya pretreatment atau
perawatan awal pada benih, yang ditujukan untuk mematahkan dormansi, serta mempercepat
terjadinya perkecambahan biji yang seragam (Schmidt, 2000). Upaya ini dapat
berupa pemberian perlakuan secara fisis, mekanis, maupun chemis. Hartmann
(1997) mengklasifikasikan dormansi atas dasar penyebab dan metode yang
dibutuhkan untuk mematahkannya.
Tipe
dormansi
|
Karakteristik
|
Contoh
spesies
|
Metode
pematahan dormansi
|
|
Alami
|
Buatan
|
|||
Immature
embryo
|
Benih
secara fisiologis belum mampu berkecambah, karena embryo belum masak walaupun
biji sudah masak
|
Fraxinus
excelcior, Ginkgo biloba, Gnetum gnemon
|
Pematangan
secara alami setelah biji disebarkan
|
Melanjutkan
proses fisiologis pemasakan embryo setelah biji mencapai masa lewat-masak (after-ripening)
|
Dormansi
mekanis
|
Perkembangan
embryo secara fisis terhambat karena adanya kulit biji/buah yang keras
|
Pterocarpus,
Terminalia spp, Melia volkensii
|
Dekomposisi
bertahap pada struktur yang keras
|
Peretakan
mekanis
|
Dormansi
fisis
|
Imbibisi/penyerapan
air terhalang oleh lapisan kulit biji/buah yang impermeabel
|
Beberapa
Legum & Myrtaceae
|
Fluktuasi
suhu
|
Skarifikasi
mekanis, pemberian air panas atau bahan kimia
|
Dormansi
chemis
|
Buah
atau biji mengandung zat penghambat (chemical inhibitory compound) yang
menghambat perkecambahan
|
Buah
fleshy (berdaging)
|
Pencucian
(leaching) oleh air, dekomposisi bertahap pada jaringan buah
|
Menghilangkan
jaringan buah dan mencuci bijinya dengan air
|
Foto
dormansi
|
Biji
gagal berkecambah tanpa adanya pencahayaan yang cukup. Dipengaruhi oleh
mekanisme biokimia fitokrom
|
Sebagian
besar spesies temperate, tumbuhan pioneer tropika humida seperti eucalyptus
dan Spathodea
|
Pencahayaan
|
Pencahayaan
|
Thermo
dormansi
|
Perkecambahan
rendah tanpa adanya perlakuan dengan suhu tertentu
|
Sebagian
besar spesies temperate, tumbuhan pioneer daerah tropis-subtropis kering,
tumbuhan pioneer tropika humida
|
Penempatan
pada suhu rendah di musim dingin
Pembakaran
Pemberian
suhu yang berfluktuasi
|
Stratifikasi
atau pemberian perlakuan suhu rendah
Pemberian
suhu tinggi
Pemberian
suhu berfluktuasi
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar